Berita Malam

2 orang menjadi korban kecelakaan.
Kaki tangan putus.
Bibir robek. 
Dada bolong. 
Dan kepala pecah, terkoyak stigma.
Sekian dan berakhir tanpa ada teriakan atau pun tangis.

Halte Senja

Matahari kembali. 
Namun kau masih nemanti ditempat yang menepis hujanmu. 
Berharap bis datang tepat waktu. 
Halte sedia sendiri.

Aku dan Hujan

Menari bersamamu, dan disambar petir.
Merindu, walau kau datang dengan cerita, pergi tinggalkan noda dilangit.
Aku tetap menunggu.
Menanti gemuruh yang kau bawa, dan jutaan pasukan yang membuat tangan ini berguman dan merindu.

Malam Dalam Ruang Sempit

Hanya gemericik air. 
Rintihan roda yang bergulir, dan masih kudengar teriakan mereka yang terpenjara malam. 
Saat kita bicara dunia maya, tentang fiksi misi yang mereka lupa adanya.
Masih kupaksa mata ini membaca, menerka setiap majas yang terlempar tanpa suara.
Masih kupaksa pena murahan ini menuliskan kata yang belum sempat kudeklamasikan.
Masih kumembaca, masih kucoba saat kita dalam ruang sempitku.

Racun Pagi

Pagi.
Racun diri kubakar.
Bunuh sepi ditepian tempatku menunggu.
Bara dan gelas tipis yang menampung cairan anta yang tetap kutelan. 
Duduk dibawah langit marah.
Yang mencoba usik pukul enam.

Biar Bebas

Jangan paksa kirimu. 
Jangan pasung kananmu.
Biarkan mereka berdua untuk sekedar ingin. 
Biarkan berlari, biarkan asah belati. 
Biarkan.
Biar bebas dan temukan jalannya.
Akhirnya sendiri.

Hanya

Hanya takut yang bergemuruh.
Boleh kau abaikan, walau pecah gendang telinga karenanya. 
Hanya risau tangan ini tak cukup menjangkau.

Diberdayakan oleh Blogger.